10 Istilah Pengunjung Mal Zaman Now, Selain Rojali

- Istimewa
Beberapa minggu terakhir, dua istilah menjadi viral di pusat perbelanjaan seluruh Indonesia: Rojali (Rombongan Jarang Beli) dan Rohana (Rombongan Hanya Nanya). Fenomena ini menggambarkan situasi paradoks: mal-mal ramai pengunjung, tapi transaksi di kasir sepi. Singkatnya, banyak yang datang hanya untuk melihat, bukan membeli.
Apa Itu Ro jali dan Rohana? Secara harfiah, Rojali merujuk pada rombongan yang datang ke mal namun jarang melakukan pembelian. Rohana lebih ekstrem: rombongan yang hanya bertanya-tanya, tapi pulang tanpa membeli sama sekali.
Kedua istilah ini mencerminkan perilaku konsumen urban yang kini lebih suka window-shopping: tetap terlihat “hebat” di depan keluarga atau teman, tanpa harus mengeluarkan uang.
Kenapa Semakin Banyak?
Menurut analis keuangan independen, fenomena ini bukan tren baru. Justru pada masa tekanan biaya hidup dan PHK, Rojali dan Rohana semakin sering muncul sebagai strategi bertahan hidup—jalan-jalan ke mal untuk refreshing atau bertemu teman tanpa belanja.
Ekonom dari Celios menyampaikan bahwa daya beli kelas menengah belum pulih sepenuhnya. Meski pemerintah telah meluncurkan berbagai program diskon dan stimulus, dampaknya belum signifikan terhadap peningkatan konsumsi ritel.
Dampaknya ke Industri Ritel
Dampak Rojali dan Rohana sangat terasa bagi pelaku industri ritel. Meskipun tingkat kunjungan tinggi, konversi penjualan tetap rendah. Ini menciptakan tekanan besar terhadap omzet toko, margin keuntungan, dan perputaran stok barang.
Hausnya transaksi ini juga memicu kekhawatiran terhadap perlambatan sektor industri, jasa, bahkan manufaktur—karena konsumsi domestik adalah motor utama ekonomi.
Fenomena ini juga memunculkan cerminan sosial yang lebh dalam: banyak orang, khususnya dari kelas menengah ke bawah atau pelajar/mahasiswa, tetap ingin tampil “normal” atau “mapan”. Namun di balik itu, mereka menyembunyikan ketidakmampuan membeli. Jalan-jalan ke mal menjadi hiburan termurah, sementara kantong tetap kering.
Menghadapi gejala ini, pelaku ritel dan pemerintah diharapkan mengambil langkah terintegrasi:
- Promosi & Diskon Berorientasi Barang Strategis
- Diskon produk spesifik bisa memicu pembelian, terutama kebutuhan primer dan fesyen massal.
- Program Edukasi & Literasi Finansial
- Mengedukasi masyarakat agar cerdas merencanakan belanja, bukan sekadar window shopping.
- Diversifikasi Pengalaman Digital & Offline
- Menggabungkan pameran, komunitas, dan aktivitas interaktif di mall agar bisa dikonversi menjadi pembelian.
Stimulasi Ekonomi Lokal
Dorong UMKM lokal masuk ke mal dengan promo komunitas agar tetap terjadi transaksi.
Harapan dari Fenomena Ini
Rojali dan Rohana sejatinya bukan masalah utama, melainkan indikator daya beli yang melemah. Jika dibiarkan lama, perekonomian nasional riskan terbawa arus perlambatan, bahkan menuju krisis konsumsi struktural.
Selain Rojali dan Rohana, ada lagi istilah buatan netizen yang terkait dengan rombongan jarak beli. Berikut ini 10 nama fenomena pengunjung mal zaman now.
1. ROHANA
Kepanjangan: Rombongan Hanya Nanya
2. ROHALUS
Kepanjangan: Rombongan Hanya Elus-Elus
3. ROHALI
Kepanjangan: Rombongan Hanya Lihat-Lihat
4. ROCEGA
Kepanjangan: Rombongan Cek Harga
5. ROMANSA
Kepanjangan: Rombongan Manis Senyum Aja
6. ROTASI
Kepanjangan: Rombongan Tanpa Transaksi
7. ROSALI
Kepanjangan: Rombongan Suka Selfie
8. ROCADOH
Kepanjangan: Rombongan Cari Jodoh
9. ROCUTA
Kepanjangan: Rombongan Cuci Mata
10. ROMUSA
Kepanjangan: Rombongan Muka Susah